Wednesday, March 25, 2009

Migas Indonesia: Terang Benderang di Hilir, Gelap Gulita di Hulu

"What a coincidence!"
Hari senin lalu di Jl MT Haryono telah diresmikan beroperasinya SPBU Total yang tentu saja memberikan tambahan pilihan bagi masyarakat dalam membeli BBM. Sekarang, selain Pertamina yang tampil dengan logo sederhana, jalan-jalan raya Indonesia - terutama kota besar seperti Jakarta- telah diramaikan oleh Shell, Petronas, dan Total.

Disisi lain, tepatnya di sektor hulu yang menjadi "ladang" utama pemerintah untuk mengarungi Dollar dan Rupiah juga terdengar berita bahwa proyek pemipaan gas alam dari Kalimantan ke Jawa atau Kalija kembali dilanjutkan setelah terkatung katung sejak diberikannya penyelenggaraan hak khusus pengusaahan gas kepada PT, Bakrie and Brother pada pertengahan 2006 lalu. Ketika Bakrie bersemenangat mengumpulkan dana dan melakukan "road show" ke berbagai negara, departemen ESDM justru meragukan ketersediaan cadangan dan kemampuan delivery dari lapangan.

Alhasil proyek yang bertujuan sangat mulia -terlepas dari sinisnya berbagai pandangan terhadap PT. BB- itu tertunda dan menjadi tidak jelas. Disebutkan ketika itu dibutuhkan waktu satu tahun untuk memperbaharui neraca gas. Menjadi tidak jelas apa sebenarnya yang menghambat. Karena bbrp saat setelah penetapan pemenang lelang, bbrp kali nada protes disampaikan oleh Pemda setempat (Bontang) bahwa penyaluran gas ke Jawa adalah sangat merugikan daerah. Tetapi tidak pernah di tuntaskan bahwa pengapalan berton-ton LNG ke Jepang, CHina, Taiwan dan USA justru memperlemah pasokan gas domestik dan di sisi lain justru memperkuat daya saing ekonomi negara-negara tersebut khususnya dalam berbagai produk turunan yang menggunakan gas sebagai feedstock seperti industri besi baja.

Sungguh, di hilir kita terang terbuka dan memperlemah posisi Pertamina, di hulu kita masih tetap gelap dimana dan untuk siapa gas yang ada.

Capek dech!!!
-----------------

Bakrie Dibolehkan Lanjutkan Kalija
Selasa, 24 Maret 2009 | 05:33 WIB Jakarta, Kompas - Setelah sempat tidak jelas nasibnya, pemerintah menghidupkan kembali proyek pemipaan Kalimantan ke Pulau Jawa atau Kalija.
PT Bakrie & Brothers akan membangun jalur pipa untuk menyalurkan gas dari Lapangan Kepodang ke Semarang.
Kepala Badan Pengatur Hilir Migas Tubagus Haryono, Senin (23/3) di Jakarta, mengemukakan, hal itu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi komitmen pasokan gas ke domestik, sekaligus menekan cost recovery.
Gas dari Lapangan Kepodang yang dikelola oleh Petronas dijadwalkan memasok Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok, Semarang, mulai 2011.
Lokasi sumber gas berada sekitar 200 kilometer di lepas Pantai Jawa Tengah. ”Pemerintah memutuskan, pembangunan pipa gas dari Kepodang menggunakan skema hilir agar tidak membebani negara. Kebetulan jalurnya sama dengan jalur pipa Kalimantan-Jawa,” tutur Tubagus.
Pemerintah menyerahkan pembangunan pipa dari lapangan Kepodang-Tambak Lorok kepada Bakrie, sekaligus menjadi transporter gas.
Sebagai transporter, Bakrie akan memungut biaya penyaluran (toll fee). Ketika ditetapkan sebagai pemenang lelang pembangunan proyek Kalija pada Juli 2006, Bakrie menawarkan toll fee sebesar 0,84 dollar AS per million metric british thermal unit (M MBTU) untuk pipa sepanjang 1.115 kilometer dan kapasitas alir gas 700-800 juta kaki kubik per hari.
Sesuai dengan surat penetapan lelang, pemegang hak khusus diberi waktu tiga tahun untuk membangun. Bakrie seharusnya mengalirkan gas pada Juli 2009. Namun, setelah ditetapkan sebagai pemegang hak khusus, proyek Kalija mengalami kendala pasokan gas.
Belakangan, proyek pipa Kalija harus bersaing untuk mendapatkan pasokan gas dengan proyek terminal penerima gas alam cair.
Tubagus mengatakan, Bakrie dapat mengajukan lagi hitungan toll fee yang baru untuk menyesuaikan dengan investasi mereka. ”Intinya, pemerintah tidak ingin proyek sampai terhambat karena pengembalian investasinya tidak memadai,” ujar Tubagus.
Presiden Direktur Bakrie IndoInfrastructure Bobby Gafur Umar membenarkan bahwa pihaknya telah mendapat izin dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk meneruskan proyek Kalija.
”Sesuai arahan Pak Menteri, sumber gas di Kalimantan masih banyak, tidak hanya dari Bontang, tetapi juga ada potensi gas metana batu bara,” ungkap Bobby.
Menurut Bobby, pihaknya menargetkan pipa Kepodang-Semarang sudah masuk tahap konstruksi pada tahun 2010. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun pipa sepanjang 200 kilometer tersebut sekitar 160 juta dollar AS atau sepersepuluh dari keseluruhan investasi proyek Kalija yang mencapai 1,4 miliar dollar AS.
Bobby mengatakan bahwa angka toll fee baru dapat difinalisasi setelah pembicaraan dengan Petronas.
Sementara itu, Direktur Utama Indonesia Power Tony Agus Mulyantono mengatakan, PLN dan Petronas sudah sepakat harga gas 4,86 dollar AS sampai di PLTGU Tambak Lorok. Petronas akan memasok gas 106 kaki kubik per hari selama delapan tahun.(DOT).

--------

Total Ingin Total di Bisnis Pom Bensin

Senin, 23 Maret 2009 | 20:34 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Total Oil Indonesia menginvestasikan dana tak kurang dari US$ 2 juta atau sekitar Rp 24 miliar untuk pembangunan sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum atau pom bensin. Tahun ini Total berencana membangun lima pom bensin, dua di antaranya diresmikan Senin (23/3) ini.

Vice President Retail PT Total Oil Indonesia Asif Iqbal mengatakan, besaran investasi tiap pom bensin akan berbeda, namun jumlahnya berkisar US$ 2 juta. "Total investasi masih berubah, tergantung banyaknya SPBU yang akan kami bangun di Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers di SPBU Total MT Haryono.

Saat ini Total memiliki 16 ribu pom bensin di lebih dari 130 negara. Sebagian besar ada di Eropa dan sekitar 500 pom bensin berada di Asia Pasifik.

Di dua pom bensin yang telah beroperasi, Total menjual tiga jenis bahan bakar: Performance 95, Performance 92, dan Performance Diesel dengan harga jual masing-masing Rp 6.500, Rp 5.900, dan Rp 6.900. Karena tidak disubsidi pemerintah, maka harga jual bahan bakar berubah mengikuti harga minyak mentah dunia.

"Bahan bakar kami pasok dari instalasi kami Lyon (Prancis)," ucap Director of Operation Christian Cabrol. Kandungan produk Total, menurut dia, juga telah disesuaikan dengan aturan biofuel di tiap negara.

Senior Vice President Thierry Pflimlin menuturkan, keuntungan bisnis ini belum memberikan laba menggiurkan bagi grup Total Indonesia. "Pasti marginal (tidak banyak menguntungkan) karena baru dua hingga lima SPBU. Bila ada 200 SPBU di Indonesia baru mengkontribusi keuntungan," ungkapnya.

Iqbal menambahkan, karena Total pemain baru di bisnis ritel bensin Indonesia, perusahaan hanya menargetkan penjualan 10 ribu liter per hari. "Pasar bensin non subsidi ini kecil dan orang Indonesia masih harus mencoba produk kami," kata dia.

Selain di Jalan Daan Mogot dan Jalan M.T. Haryono, Total akan membangun tiga pom bensin di Tangerang, Bumi Serpong Damai, dan Warung Buncit. Cabrol mengatakan pihaknya tidak khawatir dengan tutupnya beberapa pom bensin asing di Jakarta lantaran Total menawarkan bensin kualitas tinggi dengan harga bersaing.

RIEKA RAHADIANA