Monday, October 29, 2012

Again, Referee destroyed the game, sent (b)millions into a huge dissapointments.


Torres Red Card Chelsea Vs Man United 28/10/2012 by kofiswag
Chelsea v Manchester United

Marc | Myspace Video


Watch it yourself and forget the Jersey!

To be honest, I really don't know what to say. Speechless. For so many times referee in Barclay Primer League (UK) destroyed my night, your night, our nights. Billions of people around the globe were waiting for the big game, especially in Asia and Latin America where people can freely enjoy soccer without paying any pay-per-view TV program. Where people can forget their hectic day of having a 2 dollar wage in exchange with some views of watching how Rooney, Mata, Valencia, or Oscar kicking the ball out to find the net of his opponent.

Of course it also made tens of thousands BPL's fans who have already spent their dollar for a ticket to have a nice seat in Stamford Bridge really really down.

This is not merely about MU or Chelsea, this is about respect to sportsmanship with a little more respect to other people who deserve their "happy" night after sacrificing many opportunities and activities just to sit in front of their tube instead.

Given a wired or connected referee to his assistants in the court, why has  he never let himself to have a second or even a third opinion in hand before picking up a red card from his pocket? It's fine to have no a modern technology have been installed just how a modern tennis game has been carried out lately. Still, why should the committee ask the referee to use a wired microphone and speaker to chair a game while he or she rarely uses it? To have a comparison, in the Seri A in Italia frequently we see how referee discussed things with his assistant before taking any crucial decision .

Okay..., not only once, twice or for how many times have this happened. But only in BPL such kind of controversy has been magnified. A poor referee usually allows himself to set the mistake he just did off by doing another mistake. Minus times minus will give you a plus, seems they used to get trapped by this situation.

I think, for BPL alone, the FA or may be FIFA has to do some basic stuffs to fix this problem. It is intolerable to let billions around the world had their game destroyed by a poor referee's decision. It's not merely about MU, CHelsea, Everton or Liverpool on the latest game, but it is about sportsmanship and in addition to that is about respect to people's right to have a break on their daily activities.

" Everybody argues about Everythings " as commentator said.

That's all folks. Thank You.
(actually i just practicing my poor English after being dormant for a quite along time )

Friday, October 26, 2012

Sulitnya Menghormati Diri Sendiri!

Seorang kerabat menulis di status FBnya "Malam takbiran tapi justru persiapan meeting besok Specila SEOM Regional Comprehensive Economic Partnership:(". Ini jelas menunjukkan betapa birokrasi terkadang menutup mata untuk menghormati negeri dan pejabatnya sendiri.

Sering memang acara bersifat Internasional atau Regional menjadi tanggung jawab Indonesia untuk menyelenggarakannya. Bisa saja ini karena memang sudah jatah atau inisiatif sendiri, atau juga usulan dari negara lain. Tidak ada masalah, jika itu tetap dilakukan dengan menghormati hari libur termasuk libur keagamaan.

Status seorang teman di atas memperlihatkan lemahnya posisi tawar kita sebagai tuan rumah, dan lemahnya visi pemimpin yang menjadi penanggung jawab acara tersebut. Ketiadaan visi yang kuat atau kemampuan diplomasi berujung kepada disetujuinya pelaksanaan suatu acara justru di hari libur atau weekend. Memang terkadang kondisi ini sulit bisa dihindari, namun sebagai tuan rumah mestinya para pejabat Indonesia harus berjuang keras dan harus berhasil menghindarkan diadakaannya acara di hari libur, apalagi menyangkut libur keagamaan.

Kita sendiri yang harus menegakan wibawa (bukan image), sehingga orang juga akan menghargai kita. Biasanya jika dikomunikasikan dengan pihak luar, mereka akan memakluminya. Sungguh diam itu bukan emas untuk urusan begini. Semoga reformasi tidak hanya dibibir, tapi dilaksanakan dengan sepenuh hati, termasuk urusan yang begini.

Selamat Idul Adha 1433 H dan selamat berhari raya Kurban.

Wassalam>

Sunday, October 21, 2012

BPK on the hot seat!



Gitu aja kok repot, Cek saja siapa kepala nya dan dari mana asal institusinya. Maaf, mereka lebih sibuk mengupas perjalanan dinas yang memang sering dipakai semua kementerian atau institusi tak terkecuali BPK tentunya untuk menambah tingkat kesejahteraan staf /pegawai.

Siapa mengawasi pengawas? seperti pertanyaan dalam novel "Digital Fortress!".
---------------


JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan diminta untuk lebih profesional, terbuka, serta jujur dalam melakukan audit investigasi kasus dugaan penyelewengan proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

”BPK harus profesional dan terbuka, serta mengedepankan kejujuran,” kata anggota Panitia Kerja (Panja) Hambalang Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat, Dedi S Gumelar, Sabtu (20/10). Jangan sampai BPK menjadi alat kepentingan kelompok politik tertentu, dengan menutupi pihak-pihak yang terlibat.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menengarai ada sesuatu yang sengaja disembunyikan BPK. Sebab, hingga saat ini BPK belum juga menyelesaikan audit investigasi kasus Hambalang yang merupakan permintaan Komisi X. Padahal Juli lalu, Ketua BPK Hadi Purnomo berjanji akan menyelesaikan audit selama 100 hari.

Kecurigaan itu diperkuat dengan pernyataan anggota BPK, Taufiequrrachman Ruki, yang mencurigai ada intervensi pihak tertentu dalam audit BPK.

Pasti tahu
Dedi juga mempertanyakan kemungkinan hilangnya nama Andi Mallarangeng dalam audit BPK. Menurut dia, tidak mungkin seorang menteri tidak mengetahui penyelewengan anggaran di dalam kementeriannya. ”Sesuatu yang tidak masuk akal kalau menteri tidak mengetahui penyalahgunaan anggaran di kementeriannya. Menteri pasti tahu,” katanya.

Kementerian Pemuda dan Olahraga merupakan lembaga utama proyek Hambalang sehingga tidak mungkin Menpora tidak mengetahui proses perencanaan, penganggaran, hingga pelaksanaan proyek. ”Terlepas salah atau tidak salah kalau Menpora tidak tahu proyek Hambalang rasanya aneh, di luar nalar sehat. Pengguna anggaran kan menteri, bukan pegawai eselon I atau II,” ujarnya. Apalagi, anggaran proyek Hambalang mencapai Rp 2,5 triliun.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Jumat, juga menyatakan, tidak mungkin seorang pimpinan kementerian atau lembaga pemerintah tidak mengetahui proyek dalam instansinya. Namun, dalam berbagai kesempatan, Andi Mallarangeng selalu membantah tersangkut proyek itu. Bahkan, ia juga membantah telah diminta mundur oleh Presiden terkait kasus tersebut.
Panja Hambalang berharap BPK dapat segera menyelesaikan audit investigasi dan menyerahkan kepada DPR paling lambat sebelum Masa Persidangan I Tahun Sidang 2012-2013 berakhir, tanggal 25 Oktober mendatang.

Wakil Ketua DPR bidang Kesejahteraan Rakyat, Taufik Kurniawan, menegaskan, DPR dalam posisi menunggu hasil audit BPK. DPR tidak bisa mengintervensi hasil audit investigasi BPK. Menurut Ruki, audit diharapkan selesai pada pekan depan.
Sebelumnya, Ketua BPK Hadi Purnomo menyatakan, audit investigasi proyek Hambalang belum selesai karena ada informasi dan data baru ”Jadi, tidak ada intervensi dari siapa pun untuk mencampuri laporan hasil audit investigasi BPK,” ujar Hadi.

Secara terpisah, anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho dan anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo, di Jakarta, Sabtu, mengatakan, laporan audit investigasi proyek Hambalang yang berbeda-beda dapat dinilai sebagai upaya mengaburkan hasil audit dan melindungi orang terindikasi bermasalah.
Karena itu, BPK harus memperjelas laporan audit investigasi tersebut secara internal. Bahkan, BPK dapat melaporkan temuan berbeda-beda itu kepada penegak hukum jika ada indikasi pidana. (NTA/FER)