Monday, July 02, 2007

Energy will be the next nightmare!!

Masalah "energy security" kelihatannya berpotensi menjadi masalah besar. Betapa tidak? Gas kita punya, minyak dulu diekspor, tetapi realita di lapangan dan masyarakat sekarang sangat memprihatinkan. Industri berguguran dan tutup pabrik2nya karena supply gas macet. Jika ada, tekanannya kurang dan membuat banyak lay-off.

Dilain pihak, pemerintah masih plin plan dan plintat plintut. DUlu bulan maret 2006 sudah menyatakan akan mengkhiri ekspor baru ke LN, karena mementingkan penggunaan domestik, tetapi belakangan, tetap akan mengekspor ke Jepang dan bbrp negara Asia atau amerika lainnya.

Coba saja bung!!!!

Wassalam,

ES
====
Program Konversi Elpiji Kacau Pertamina Tarik 5.700 Kiloliter Minyak Tanah

Senin, 02 Juli 2007 / http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/02/ekonomi/3646340.htm

Jakarta, Kompas - Program konversi minyak tanah ke elpiji yang dilaksanakan tanpa perencanaan matang menimbulkan keresahan masyarakat.
Masyarakat mengeluhkan minyak tanah yang tiba-tiba ditarik, sedangkan pembagian kompor dan tabung elpiji tidak menjangkau seluruh masyarakat.
"Sudah tiga hari ini minyak tanah tiba-tiba langka. Kalaupun ada, harganya jadi dua kali lipat," ujar Margono, warga Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Minggu (1/7).
Margono sehari-hari menjadi penjual sate. Setiap harinya rata-rata ia menggunakan 6 liter minyak tanah. Ketika program konversi minyak tanah elpiji mulai dilakukan di wilayah tempat tinggalnya, ia termasuk yang berhak mendapat kompor dan tabung gratis.
Namun, Margono tidak berani memasak lontong untuk jualan sate dengan gas elpiji. "Merebus lontong itu perlu tujuh jam, saya takut tabungnya tidak kuat," ujarnya.
Sementara itu, harga minyak tanah yang sudah naik dua kali lipat tidak terjangkau. Ia kemudian memilih menggunakan kayu bakar untuk memasak. "Kalau tidak begini, ya saya tidak bisa jualan," ujarnya.
Pertamina tercatat telah melakukan program konversi di 14 kecamatan di wilayah DKI Jakarta, Depok, dan Tangerang.
Somali, Ketua RW 21 Kelurahan Mekarjaya, mengemukakan, banyak warga kampung tersebut yang berprofesi sebagai pedagang makanan dan asongan bernasib seperti Margono.
"Malah lebih buruk karena kebanyakan dari mereka berstatus sebagai penduduk musiman yang tidak punya kartu keluarga, akibatnya mereka tidak termasuk yang menerima jatah pembagian kompor dan tabung elpiji gratis," tutur Somali.
Di RW 21 tercatat ada 1.500 keluarga yang menggunakan minyak tanah. Akan tetapi, yang sudah memperoleh kompor dan tabung baru 970 keluarga.
Selain itu, ada sekitar 500 warga yang tidak memiliki kartu keluarga sehingga tidak termasuk dalam daftar yang memperoleh tabung dan kompor elpiji meskipun sehari-harinya mereka menggunakan minyak tanah.
Belum dapat kompor
"Mereka mengeluh kepada saya, katanya pemerintah yang adil dong, tapi masalahnya saya sebagai ketua RT juga hanya diminta petugas kelurahan untuk mendistribusikan kompor dan tabung," ujar Somali.
Pendataan masyarakat yang berhak menerima kompor dan tabung tidak melibatkan ketua RT, melainkan langsung oleh konsultan yang ditunjuk PT Pertamina.
Pertamina telah menunjuk empat konsultan untuk pelaksanaan program konversi, yaitu Mark Plus, Lembaga Pranata Sosial Universitas Indonesia, SCO, dan Caesar.
Somali menyayangkan minimnya sosialisasi kepada masyarakat atas keseluruhan pelaksanaan program pengalihan minyak tanah ke gas elpiji. Itu sebabnya, masyarakat panik sewaktu minyak tanah tiba-tiba langka.
Kebingungan juga dialami agen dan pangkalan minyak tanah. Jika mengacu pada program konversi, mereka diarahkan untuk beralih menjadi pengecer elpiji konversi.
Tetapi, tidak semua agen dan pangkalan sanggup menjadi agen elpiji. "Untuk jadi agen kan perlu modal juga karena saya harus beli tabung. Selain itu harus menyiapkan gudang untuk menyimpan tabung elpiji, ya keluar uang lagi," ujar Pungut, agen minyak tanah di Kecamatan Sukmajaya.
Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Achmad Faisal membenarkan bahwa pihaknya telah menarik minyak tanah dari sejumlah kecamatan di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang sejak program pengalihan dilakukan.
Pertamina menarik sekitar 5.700 kiloliter minyak tanah yang berdasarkan hitungan telah diganti oleh tabung elpiji sebanyak 319.000 buah.
"Itu sesuai dengan program, karena kalau tidak ditarik, masyarakat justru akan menggunakan dua-duanya, berarti kan subsidi pemerintah jadi dobel," kata Faisal. Rencananya, mulai Juli ini jumlah minyak tanah yang ditarik mencapai 14.000 kiloliter. (DOT)

=====

Senin, 02 Juli 2007 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/02/daerah/3646569.htm

MINYAK BUMI
BP Migas Lakukan Survei Seismik di Kalimantan Timur

Balikpapan, Kompas - Sejumlah survei seismik serta pengeboran minyak dan gas bumi di kawasan baru—wilayah kerja yang belum berproduksi—tengah dilakukan di Kalimantan Timur dan Sulawesi. Aktivitas itu diharapkan berujung pada penemuan ladang baru yang dapat meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi Indonesia.
Kepala Perwakilan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Agus Suryono menjelaskan, kegiatan itu berlangsung di Bontang, Sangatta, Bulungan, Tarakan bagian utara, lepas pantai Tarakan Kalimantan Timur, dan Donggala serta Mamuju di Sulawesi.
"Ini kegiatan seismik dilanjutkan pengeboran. Di Bulungan sudah ngebor. Sumur-sumur ini murni eksplorasi baru," kata Agus di Balikpapan, Sabtu (30/6).
BP Migas terus berupaya meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi. Hal itu ditempuh dengan cara mencari sumber cadangan minyak baru serta mengoptimalkan sumur produksi yang telah ada dan tua dengan memanfaatkan teknologi.
Untuk mencari cadangan minyak dan gas bumi yang baru di seluruh Indonesia, lanjut Agus, sepanjang tahun lalu telah dilakukan pengeboran 82 sumur eksplorasi. Jumlah sumur eksplorasi itu lebih banyak dari yang dibuat pada tahun 2005 sebanyak 56 sumur, bahkan terbanyak dalam lima tahun terakhir.
Menurut data BP Migas, aktivitas eksplorasi pada tahun 2006 itu berhasil menemukan cadangan minyak bumi sebesar 1,23 miliar barrel dan 1,37 triliun kaki kubik gas bumi. Itu menambah cadangan minyak bumi Indonesia yang 1 Januari 2006 tercatat 8,68 miliar barrel. (YNS)
====

Indonesia to keep more natgas as LNG contracts lapse
Tuesday March 28, 6:56 PM http://asia.news.yahoo.com/060328/3/2i3kl.html

JAKARTA, March 28 (Reuters) - Indonesia, the world's biggest liquefied natural gas exporter, said on Tuesday it would favour domestic gas sales after major export contracts to Japan lapse at the end of this decade, cutting back a major exporter earner.
The OPEC member, which has far more gas than it has oil, is trying to phase out costly oil-fired power generation and use more of its cheaper, cleaner natural gas domestically, but faces limited supplies due to long-term LNG export commitments.
"After the contract ends, there will be a policy change... the majority of the gas will be used for domestic interests," President Susilo Bambang Yudhoyono said on Tuesday.
"(LNG) exports will not be stopped, but the ratio will be reviewed, so most of the gas flows for domestic needs," he said.
Contracts for more than half its annual supply to Japan expire in 2010 and 2011 and may all not be renewed after that, lending fresh support to the outlook for LNG prices.
Indonesia now exports nearly half of its natural gas production in the form of super-cooled LNG.
"We will honour LNG contracts and it is impossible that we cancel contracts before they end," Yudhoyono said. "We will still talk about an extension of the contract, but by how long and by how much will have to be negotiated."
Last year state oil firm Pertamina said it had offered to renew about half of the 12 million tonnes per year of LNG sales contracts to Japan that expire by 2011.
The status of those talks was not clear after Yudhoyono's announcement but customers in Japan, which takes about two-thirds of Indonesia's LNG, have already been searching for alternatives.
"We expect to absorb the lost Indonesian contract with other long-term contracts," said a spokesman for Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) , Asia's biggest utility.
Other buyers such as Kansai Electric Power Co. Inc. have recently signed deals with new Australian LNG projects including Chevron-operated Gorgon and Woodside Petroleum Ltd.'s Pluto for supplies starting around the end of this decade.
The reduction would most likely come from Bontang LNG, which ships about 85 percent of Indonesia's LNG. U.S. oil major Chevron is a major supplier of gas to the plant.
GAS CONFUSION
The shift is the latest in a series of moves designed to ensure sufficient supply of domestic natural gas, used for power generation, in fertiliser plants and other industries.
That may curb earings from natural gas exports, which last year brought in around $9.2 billion, or about 10 percent of Indonesia's total export revenues, statistics bureau data show.
A reduction there would cause more anxiety Indonesia, which suffered a $7.3 billion oil-trade deficit in 2005, weighing heavily on the rupiah currency.
Indonesia has about 182 trillion cubic feet (Tcf) of natural gas reserves, enough to last it 60 years at current production rates. Its proven crude reserves would last half as long.
Indonesia's export cuts come amid bullish demand forecasts for Asia Pacific, which consumed more than 90 million tonnes in 2005, mostly by Japan and South Korea, the world's two-largest buyers of the super-cooled gas transported by tankers.
Wood Mackenzie expects annual demand from China, India, Southeast Asia, the U.S. West Coast and Mexico would soar from almost zero now to 60 million tonnes by 2015, roughly matching Japan's consumption last year.
The push to divert more supply domestically, coupled with an edict earlier this year that requires producers to sell at least 25 percent of their natural gas supplies to local companies, has clouded the outlook for foreign oil investors.
"We just need clarity on the gas policy. We have an oil and gas law that talks about 25 percent for domestic market obligation. We have the presidential decree about gas policy," said Chris Newton of the Indonesian Petroleum Association (IPA).
"We have a lot of other statements about whether gas exports will be allowed or not," Newton said.
Indonesia's state electricity company, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), has about 21,700 megawatts of electricity capacity in Indonesia. About 30 percent of the plants use fuels such as diesel and fuel oil. Coal and natural gas dominate in the others. (Additional reporting by Ikuko Kao in Tokyo)

No comments: