Friday, February 01, 2008

Penari Poco-Poco...vs Reformasi Poco-Poco

Ah..Megawati akhirnya mengkritik lagi. Tapi saya senang dengan istilah poco-poconya, mengingatkan saya akan artikel yang dulu pernah saya tulis di sebuah mingguan.
Pls check:
http://eddysatriya.blogspot.com/2005/01/reformasi-poco-poco.html
atau bisa juga di klik di http://kolom.pacific.net.id/ind/eddy_satriya/artikel_eddy_satriya/reformasi_poco-poco.
Sekedar refreshing di kala mendung masih menyelimuti negeri.

Salam hormat,

Eddy

===================
Megawati Mengkritik Lagi
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.01.07431133&channel=2&mn=12&idx=12

Jumat, 1 Februari 2008 07:43 WIB

Palembang, Kompas - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri kembali mengkritik pemerintah terkait kemiskinan, ketergantungan terhadap produk impor, dan kedaulatan bangsa. Dia menyebut pemerintah saat ini seperti penari poco-poco, maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah.
Kritik itu tertuang dalam pidato politik yang dibacakan Megawati, yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-35 PDI-P di Gedung Olahraga (GOR) Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (31/1). Ia membacakan pidato politik sekitar satu jam, di depan massa PDI-P yang memenuhi kursi GOR.
Beberapa kali massa bertepuk tangan dan bersorak sorai menanggapi pidato Megawati. Apalagi, kala dia mengeluarkan kalimat di luar naskah pidato politik yang menyentil pemerintah.
Ini bukan kali pertama secara terbuka ia mengkritik pemerintah. Ia sebelumnya juga pernah menyatakan pemerintah saat ini hanya tebar pesona dan bercita- cita setinggi gunung, tetapi pencapaian setinggi bukit.
Menurut Megawati, tiga tahun sudah pemerintahan hasil Pemilu 2004 bekerja. Namun, apa yang terjadi dengan Indonesia? ”Coba pikirkan sejenak, apa yang dialami rakyat. Apakah kesejahteraan lebih baik atau lebih buruk?” ujarnya. Massa PDI-P serempak menjawab, ”Lebih buruk.”
Menurut Megawati, pertanyaan itu harus selalu disampaikan kepada rakyat agar rakyat tak salah pilih. Bangsa Indonesia mudah lupa. Ia lantas memaparkan, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004 - 2009. Isinya adalah visi, misi, kebijakan, dan sasaran pemerintah hasil Pemilu 2004, termasuk upaya menekan angka kemiskinan. Namun, jumlah warga miskin bukannya berkurang, tetapi malah sempat bertambah.
Penari poco-poco
Ia juga berpendapat, keberpihakan pemerintah terhadap rakyat miskin dan pemberantasan kemiskinan tidak kuat dan tidak fokus. Pemerintah mudah berjanji dan mudah mengingkari.
”Pemerintah seperti penari poco-poco. Maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah. Tak pernah beranjak dari tempatnya, hanya ingin membuat orang bergembira,” ujarnya.
Megawati juga menyampaikan, saat ini Indonesia dalam situasi rentan. Harga pangan dunia meningkat, padahal ketergantungan Indonesia pada impor sedemikian besar. Pemerintah perlu mengonkretkan kemampuan Indonesia berproduksi dan bersandar pada kekuatan sendiri.
Di Jakarta, Kamis, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melalui Staf Khusus Presiden Sardan Marbun, menilai Megawati tidak introspeksi dan melihat kemampuannya saat menjadi presiden.
Presiden Yudhoyono, menurut Sardan, mengakui masih ada kekurangan dalam tiga tahun lebih pemerintahannya, tetapi pemerintah tidak jalan di tempat. Penilaian Megawati juga tidak utuh dan tidak lengkap sebab tak melihat kenaikan harga bahan bakar minyak dan bencana.
Peringatan HUT Ke-35 PDI-P di Palembang dihadiri sejumlah tokoh. Mereka antara lain Surya Paloh dan Theo L Sambuaga dari Partai Golkar, Siswono Yudo Husodo, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Ryamizard Ryacudu, Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, dan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin. (idr/inu)

No comments: