Monday, January 14, 2008

Breaktrough in ICT is badly needed.

Seperti diuraikan oleh harian KOmpas di bawah, memang banyak pending matters yang harus digarap pemerintah dengan langkah cepat dan terarah sesuai dengan perkembangan teknologi yang memperhatikan kekuatan bangsa sendiri. Diskusi Akhri Tahun TElematika Indonesia 2008 telah mampu menjaring berbagai permasalah krusial peningkatan ICT di Indonesia, tantangan ke depan sangat jelas yaitu bagaimana meningkatkan peran ICT dalam ekonomi Indonesia yangharus diwujudkan dengan berbagai kebijakan jangka pendek dan menengah yang mampu memahami permasalahan yang ada saat ini. Dari notulen diskusi diketahui sudah berbagai permasalahan di bidangan regulasi da n kerangka kebijakan, industri, SDM, aplikasi dan infrastruktur. Sementara itu berbagai diskusi lanjutan terus bergulir, terutama dimilist mastel dan telematika yang sampai hari ini telah menarik perhatian banyak peserta diskusi. Pertanyaannya, apakah memang ada harapan tersebut untuk perubahan? Semoga, dengan membuka diri dan demi perbaikan daya saing bangsa, harapan itu dapat diwujudkan.

Wassalam,

Eddy

---------------
Senin, 14 Januari 2008/ Kompas
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0801/14/tekno/4165503.htm

Terobosan Sederhana

Menjelang tutup tahun 2007, ada diskusi yang disebut "Diskusi Akhir Tahun Telematika" yang diselenggarakan oleh Deputi V Menko Perekonomian RI. Banyak orang berbicara pada diskusi tersebut.
Berbagai hal diungkapkan dalam diskusi itu, dan sebagian besar adalah persoalan-persoalan lama yang sampai sekarang tidak berhasil mengangkat harkat teknologi komunikasi informasi, seperti bagaimana menurunkan harga akses internet sehingga terjangkau oleh rakyat luas.
Kita masih terus berharap, perlunya peranan pemerintah yang lebih besar untuk bisa menjadikan teknologi komunikasi informasi sebagai sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Hasilnya, kita masih belum juga mencapai harapan tersebut.
Dewan Teknologi Komunikasi Informasi Nasional bentukan pemerintah masih berkutat pada tujuh program inti tentang e-education, Palapa Ring, legislasi perangkat lunak yang digunakan pemerintah, nomor identitas nasional, National Single Windows, e-procurement, serta e-budgting. Hasilnya, hanya disebutkan berjalan dengan baik.
Padahal, di antara kita semua, banyak berharap ada terobosan penting yang dilakukan oleh Dewan Teknologi Komunikasi Informasi Nasional yang dipimpin Presiden RI, terutama menyangkut tarif akses jaringan internet yang dianggap sebagai isu penting, tetapi tidak pernah ada penyelesaian memadai untuk memurahkan akses tersebut.
Tanpa akses jaringan internet, program inti yang disebutkan tadi tidak memiliki platform berkembang secara memadai. Jumlah lalu lintas jaringan internet yang masih kecil di Indonesia, serta sulitnya akses jaringan internet berkecepatan tinggi, menyebabkan kemajuan menjadi tersendat-sendat.
Apa gunanya semua upaya yang berawalan "e" kalau akses internet saja susah mendapat kecepatan yang memadai dibayar dan nyaman untuk digunakan. Belum lagi perilaku birokrasi yang tidak mendukung penggunaan dan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi.
Coba tanyakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang teknologi komunikasi informasi. Betapa sulitnya untuk menggelar e-education di Indonesia karena birokrasi yang terlalu rumit dan bertele-tele, padahal segala perangkat lunak dan perangkat keras disediakan secara cuma-cuma untuk dijadikan percontohan bagi kemajuan pendidikan di negara ini.
Banyak hal yang harus diubah sebelum bisa memenuhi target yang ingin dicapai dalam program inti tersebut. Dan kita pun mulai bosan dan menganggap perlu terobosan lain yang lebih sederhana untuk mencerdaskan bangsa ini.

No comments: