Monday, March 03, 2008

Dari Diskusi Internet Murah

Pak Sumitro Rustam dan rekan milist,
PERFECT PAK MITRO. Kebetulan kami berhalangan hadir, ada tugas luar. Namun rasanya info yang ada sampaikan sudah "masuk akal sehat saya", artinya make sense dan memang untuk Internet kelihatannya negara kita seperti negara Asia lainnya tidaklah terlalu jauh tertinggal, apalagi dengan aplikasi dan teknologi baru. tantangannya tentu saja adalah bagaimana memberikan banyak pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh akses internet seluas-luasnya, sesuai kemampuan dan situasi mereka (affordable). Maksud saya, untuk sebagian masy kota besar mereka telah punya akses mulai dari warnet biasa, warnet di cafe (seperti punya pak Rudi cs tuh) yang nyaman, hot spot, atau juga akses hot spot khusus di mall besar seperti PIM dll, melalui perusahaan swasta (ISP dan kabel company), atau juga melalui PLC bagi rakyat di pelosok yang sudah terjangkau PLC services dari COmnet (ini saya agak kurang tahu perkembangannya, mungkin ada yang bisa upgrade), bisa lewat dial up (yang masih agak mahal), dan lain alternatif seperti diuraikan pak Mitro.

Optimis atau pesimis?
Jelas kita masih harus optimis, di tengah berbagai kegalauan nasional yang terjadi. bagaimanapun sektor telematika harus lebih optimis dari sektor lain yang masih berkubang dengan berbagai persoalan. Mengapa? Jika kita bandingkan dengan berbagai negara maju di eropa atau US sekalipun, kemudahn akses internet di kota-kota besar kita sudah cukup baik. Kesadaran pemerintah atau pengusaha swasta untuk menyediakan prasarana tersebut sudah cukup tinggi. terkadang memang terikat dengan eksisting regulasi yang masih berlaku atau diberlakukan tanpa pemikiran mendalam sebelumnya. Masih seringnya terjadi razia di warnet mungkin salah satu hal yang benar-benar harus dicarikan jalan keluarnya. Bukan hanya di mulut saja. Karena kita memaklumi, sekali polisi menikmati enaknya "uang perasan internet" adalah sangat susah untuk menghentikannya. Upaya mengembangkan open source dinegara berkembang dan miskin seperti kita sebenarnya tidak perlu dipertentangkan dengan legal software. Namun sekali lagi secara umum kita akan mampu menuju ke Internet murah atau flat rate yang memberikan kemudahan bagi kelompok masy tertentu. Asal semua saling dengar dan saling mengerti, apalah susahnya berkomunikasi dengan baik. Tentu satu pihak tidak boleh memaksakan keuntungan sendiri yang lebih besar. Sekali lagi, topik ini adalah salah satu pemikiran saya sejak dulu, sayang tugas lain harus saya laksanakan sehingga tidak ikut meramaikan diskusi.

Salam sukses selalu untuk Mastel dan Komunitas telematika baik di pemerintahan ataupun swasta.

Pak Mitro, once again, good job and stay healthy.

Wassalam,

Eddy SatriyaS Roestam wrote:
Kawan2 Yth,Biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia selama ini dikenal mahal dibandingkan dengan biaya layanan Internet di negara-negara tetangga Asean, India, Cina, maupun di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Korea dan Jepang.Tetapi dewasa ini benarkah sinyalemen masyarakat pada umumnya bahwa biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia masih seperti kenyataan beberapa tahun yang lalu, yang dianggap mahal atau sangat mahal?Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka MASTEL bekerjasama dengan INDOSAT/IM2 menyelenggarakan Roundtable Discussion tentang “Internet Murah untuk Indonesia” pada hari Jumat siang, pukul 14:00-17:00 WIB di Gedung INDOSAT, jl. Merdeka Barat 21, Jakarta, dengan para Narasumber sbb:1. Ibu Sylvia Sumarlin - Ketua Umum APJII2. Bapak D. Herry Swandito - Sales& Marketing Director PT INDOSATM23. Bapak M. Marpaung, Senior Manager Voice & Internet, Divisi Multimedia PT TELKOM4. Bapak Sumitro Roestam, Ketua MASTELdan Moderator: Bapak Damsyiruddin Siregar - Ketua MASTEL.Peserta yang hadir tidaklah sebanyak para vokalis Milis MASTEL dan Telematika, namun cukup merepresentasikan para operator, ISP, NAP, pengguna dan pemerhati Internet, seperti : Bapak Gisi Suseno Hadihardjono - Ketua Umum MASTEL, Bapak Arnold Djiwatampu- Konsultan Telematika, Bapak Sukarno Abdulrahman - Senior MASTEL, Ibu Retno -Sekjen MASTEL, Bapak Setyanto P. Santosa, Sesepuh TELKOM, Bapak Marcellus Ardiwinata -Deputy Director First Media, Bapak Naswil Idris -pemerhati telematika, serta para executives dari operator telekomunikasi, ISP dan NAP Indonesia turut hadir meramaikan diskusi tersebut.Para Narasumber ternyata menyampaikan optimisme tentang layanan Internet di Indonesia, dimana jumlah pelanggan Internet saat ini sudah mencapai 2,7 juta orang, sedangkan yang mengakses Internet, baik itu sebagai pelanggan maupun yang memanfaatakan sarana umum (warnet) ataupun saran kantor, rumah, HP, PDA, dan lain-lainnya adalah sebanyak 27 juta orang, atau sekitar 12% penduduk Indonesia.Tentang tarif layanan jasa Internet di Indonesia ternyata juga sudah sama atau sedikit lebih mahal dari tarif layanan Internet yang termurah di dunia, dimana ringkasannya didasarkan atas jenis mode akses Internet adalah sbb:1. Dialup PSTN Telkomnet Speedy, tarifnya Rp 57/menit2. Dialup CDMA 2000 1x EVDO StarOne dan Fren, tarifnya Rp 47/menit3. ADSL Telkomsspeedy, tarifnya Rp 350/Mbyte4. Semi-Broadband GPRS 115 kpbs max, tarif awalnya sekitar Rp 10/kbyte5. Broadband EDGE s/d HSDPA 7,2 Mbps tarif Pasca Bayar Rp 350/Mbyte dan IM2 Prabayar Rp 600/Mbyte6. Akses via RT/RW-net, tarif Flat-Rate Rp 50.000-Rp 200.000/bulan7. Akses via Power LineCommunications (PLC), harga pokok Rp 80.000 /bulan/pelanggan dan harga jual= Rp 120.000/bulan/pelanggan Flat-Rate8. Akses via HotSpot WiFi ada yg berbayar (sekitar Rp 5.000-10.000/jam) dan gratis (TELKOM, 6.000 lokasi)9. Akses via HP, PDA dan Infra Red atau Bluetooth, tarifnya sesuai layanan Operator Mobile GSM, 3G dan CDMA10.Akses via Warnet dan Cybercafe, tarifnya Rp 3.000-10.000/jam Kesimpulannya adalah sbb:1. Tarif Internet di Indonesia dinilai cukup wajar dibandingkan dengan tarif di USA, Australia, Malaysia dan Singapore, namun sedikit diatas tarif di India.2. Untuk mengurangi traffic ke LN, dan dengan demikian untuk menurunkan tarif layanan Internet, maka agar diperbanyak konten DN dan peering antar ISP di Indonesia.3. Subsidi biaya dari PT TELKOM kepada HotSpot/WiFi gratis di 6.000 lokasi bisa dihilangkan atau dijadikan profitable bila ada kerjasama untuk memanfaatkan lokasi2 ini bagi promosi produk atau pemasaran, ataupun ada layanan Online Game yg berbayar. Hasilnya dapat dipakai untuk menurunkan tarif Telkomnet Instant dan Telkomspeedy lebih rendah lagi.4. Agar ada kerjasama antara Operator besar dan NAP/ISP kecil yang Win-Win serta untuk menyehatkan Industri Internet di Indonesia dengan tarif yang wajar.5. Perlu kehati-hatian dalam rencana penerapan Unified Licensing, agar tidak mematikan ISP/NAP kecil, Warnet dan UKM.Diskusi Roundtable “Internet Murah untuk Indonesia” ditutup pada pukul 17:30 WIB oleh Ketua Umum MASTEL, Bapak Giri Suseno Hadihardjono.Semoga bermanfaat dan silahkan ditanggapi.Wassalam,S RoestamArtikel lengkap ada di http://mastel.wordpress.com

No comments: